Desak Seret Assad ke ICC

Desak Seret Assad ke ICC

\"\"Korban Jiwa di Syria Tembus 5 Ribu DAMASKUS- Tidak kunjung berakhirnya krisis politik di Syria membuat PBB prihatin. Kepala badan HAM (Hak Asasi Manusia) organisasi dunia itu pun mendesak supaya kasus Syria diserahkan kepada ICC (Mahkamah Kejahatan Internasional). Pasalnya, korban jiwa akibat kekerasan dan kebrutalan tentara pemerintah Syria terus bertambah. Pasukan yang loyal kepada Presiden Bashar al-Assad kemarin (13/12) dilaporkan menewaskan sedikitnya 13 orang. Pada saat sama, Komisi HAM PBB merilis laporan bahwa korban jiwa akibat kekerasan politik di Syria saat ini telah melampaui 5 ribu orang pasca-pemberangusan unjuk rasa antipemerintah dalam sembilan bulan terakhir. Menyikapi situasi di Syria itu, Komisioner Tinggi HAM PBB Navi Pillay kemarin mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB turun tangan untuk melancarkan penyelidikan kejahatan terhadap kemanusiaan. Dia juga menyebut rezim Assad seharusnya diserahkan pada Mahkamah Kejahatan Internasional. “Semakin meluasnya pembunuhan dan penganiayaan di negara ini (Syria, Red) jelas merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan,” ujar Pillay dalam brifing tertutup bersama beberapa pejabat DK PBB. Menurut dia, taktik militer yang digunakan pasukan pemerintah Syria untuk membunuh atau menganiaya warga sipil maupun oposisi berbau kriminal. Apalagi, selain pembunuhan dan penganiayaan, rezim Assad juga melakukan penculikan. Pillay juga meyakini kekerasan yang dilakukan personel militer di bawah komando Assad sebagai bukti kuat adanya kriminalitas dalam serangkaian represi terhadap oposisi di Syria. Karena itu, DK PBB berhak menyeret penguasa 46 tahun itu dan jajaran pemerintahannya ke ICC. Di hadapan mahkamah kriminal PBB itulah, Assad nantinya harus mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya. Sejauh ini Assad telah membantah seluruh tuduhan itu. Dalam wawancara eksklusif dengan media Amerika Serikat (AS) pekan lalu, Assad menegaskan bahwa dirinya tidak bersalah. Dia menolak bertanggung jawab atas kekerasan yang dilakukan militer terhadap warga sipil. Menurut dia, aksi kekerasan yang mewarnai krisis politik di Syria selama ini adalah inisiatif pribadi masing-masing individu. Karena itu, individu-individu itulah yang harus bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Pillay mengungkapkan bahwa konflik berdarah selama sembilan bulan terakhir ini di Syria telah menewaskan sedikitnya 300 anak-anak. Total, jumlah warga sipil yang tewas di tangan aparat keamanan telah melampaui 5.000 jiwa. Selain itu, sekitar 14.000 warga ditangkap pasukan Assad. Sebagian besar berstatus dan dijadikan tahanan. Lalu, sekitar 12.400 warga lainnya kabur ke luar negeri. ?Hanya, dibandingkan Maret lalu, frekuensi bentrok sudah jauh berkurang,” kata Pillay. Namun, laporan Pillay itu menuai reaksi keras dari Duta Besar Syria untuk PBB Bashar Jaafari. “Pillay membiarkan dirinya disalahgunakan dan disesatkan oleh opini publik. Dia menyajikan informasi yang justru dirangkum berdasar laporan sekitar 233 pembelot. Mana mungkin pembelot memberikan informasi positif tentang pemerintah”? kritik Jaafari. Sayangnya, hingga kini sulit mengonfirmasikan laporan tentara pembelot atau oposisi Syria. Apalagi, rezim Assad tidak memberikan akses kepada media asing dan lembaga independen untuk mengumpulkan data dan bukti kekerasan yang terjadi di Syria. Laporan yang dirilis oleh pemerintah Syria selalu bertentangan dengan informasi oposisi. Beberapa bulan terakhir, sebagian besar personel militer Syria mulai membelot. Mereka meninggalkan kesatuannya dan bergabung dengan oposisi. Bahkan, mereka juga lebih aktif terlibat dalam serangkaian aksi anarkistis terhadap fasilitas milik pemerintah. Bentrok antara pasukan Assad dan mantan personel militer Syria yang belakangan marak memunculkan kekhawatiran PBB. “Masyarakat internasional tak bisa diam saja. Kita harus bertindak. Berpangku tangan sama saja menjerumuskan Syria dalam konflik yang tak berujung,” tegas Pillay. Dia berharap masyarakat internasional mendukung sanksi yang telah diterapkan Uni Eropa (UE) dan Liga Arab terhadap Syria. Dengan menyudutkan rezim Assad, dia yakin bahwa komunitas internasional bisa membantu mengakhiri konflik di Syria. Sementara itu, bentrok aparat dan oposisi di Syria terus berlangsung. Tentara pemerintah kemarin menewaskan sedikitnya 13 orang. Kemarin, pasukan Assad yang dibantu milisi Shabiha menewaskan sekitar 11 orang dalam bentrok di Provinsi Idlib. “Penembakan oleh milisi Shabiha dan pasukan pemerintah di Maarret Masrin dan Kfar Yahmul menewaskan 11 orang dan melukai belasan lainnya,” kata Syrian Observatory for Human Rights (SOHR). Secara terpisah, penjaga keamanan wilayah perbatasan Syria di Provinsi Idlib juga mencegat sedikitnya 15 militan bersenjata. Berdasar informasi, mereka datang dari Turki dan berusaha memasuki Syria. “Dua orang militan tewas saat berusaha menerobos perbatasan,” terang Kantor Berita Sanaa yang dikelola pemerintah mengutip informasi dari pasukan keamanan Syria. (BBC/AFP/AP/hep/dwi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: